OPINI

Pemuda Sebagai Media Utama Pendidikan Kependudukan dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Menghadapi Bonus Pertambahan Penduduk
Oleh Pinka Satria Aqsa
Duta Mahasiswa GenRe Aceh 2013

 “TEMANGGUNG, suaramerdeka.com - Beralasan tak mempunyai uang untuk membeli susu bagi anak balitanya yang masih berusia 11 bulan, seorang ibu rumah tangga bernama Lestari (36), warga Desa Bulan, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung nekat mencuri tas berisi uang dan ponsel”.

Menyimak penggalan cerita diatas lantas muncullah pertanyaan “Apakah  ini yang di harapkan bangsa kita?, kemiskinan yang merajalela menggerogoti nasib anak bangsa. Bayi mungil yang haus susu harus menahan betapa keringnya tenggorokan  sampai menjerit dan menangis melihat sang ibu mencuri. Ataukah harga diri anak bangsa yang di pertaruhkan hingga terpasung kaku dan  mati di tindas bangsanya sendiri. Ini adalah masalah  dan tugas kita bersama sebagai anak bangsa,  mencari solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas Sumber daya manusia (SDM) dan mencapai kesejahteraan. Lalu ada apa dengan Indonesia?”.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kurang lebih terdiri dari 17.000 pulau, membentang luas dari sabang sampai merauke dan membidik tinggi dari semua dataran, perairan serta sumber daya alam yang melimpah ruah. Ironisnya sesuatu yang sudah didapatkan dari hasil jerih payah pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa, tidaklah disebut suatu maha karya kenikmatan yang dapat digenggam sepenuhnya oleh rakyat, dimana berkah yang melimpah adalah makna yang tabu bagi semua warga, dan harta yang melimpah dari kekayaan batu mulia bukanlah hak suatu bangsa.

Bumi memiliki kekayaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan umat manusia Namun, bumi tidak dapat mencukupi kebutuhan segelintir orang-orang yang tamak (Mahatma Gandhi)

Namun tidak hanya sampai disitu permasalahan yang muncul di berbagai belahan bumi pertiwi ini, yaitu konsistensi untuk mempertahankan posisi negara terkorup no 3 di dunia. Bukanlah sesuatu kebanggaan yang patut diacungkan jempol ketika semua orang penting berkata, “itu biasa”. Terjadinya peningkatan agregasi mafia hukum, kriminalitas, KKN, dan degradasi moral adalah suatu pertanda kehancuran suatu negara. Belum lagi ditambah dengan masalah kependudukan yang merupakan pokok dari sekian banyak permasalahan. 

Hasil sensus penduduk yang terakhir menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 237,6 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk tersebut masih bisa bertambah pesat seiring laju pertumbuhan penduduk (LPP) sesuai sensus tahun 2010 yaitu dengan rata-rata pertumbuhan 1,49 persen pertahun disertai total fertility rate (TFR) sebesar 2,6 persen.

Selain itu ketika di analisa dari tiga aspek utama, Dimulai dari aspek kuantitas Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dan berada pada peringkat 4 dunia. Sementara itu dari aspek kualitas, Indonesia memiliki kualitas penduduk rendah yang tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang menempati rangking ke 108 dari 188 negara pada tahun 2009.

Untuk aspek mobilitas, Indonesia memiliki persebaran penduduk yang timpang. 58 persen penduduk hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, faktanya pulau jawa hanya memiliki luasan 7% dari luas total daratan Indonesia. Artinya ketika saat ini kita tidak mau tahu dan masih  egois terhadap pemahaman dan kepedulian akan pertambahan penduduk yang tidak diseimbangkan dengan kualitas sumber daya manusia, maka akan memberikan dampak besar bagi perjalanan bangsa kedepannya.

Tentunya kondisi secara umum di atas akan berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan dan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya di lingkungan masyarakat. Masalah yang ditimbulkan antara lain: masalah pemenuhan kebutuhan pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan dan lainnya. Berbagai kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut akan berefek pada tingginya angka pengangguran, dilanjutkan dengan masalah kemiskinan yang pada akhirnya dapat memicu berbagai konflik di lingkungan masyarakat. Namun apakah masalah tersebut sama sekali tidak memiliki solusi penyelesaiannya?

Solusinya adalah Pemuda, Pemuda ditinjau dari perkembangan psikologis diwakili oleh remaja dan dewasa awal dengan usia yang berkisar antara 10 sampai 24 tahun yang merupakan generasi penyokong bangsa dan pengganti generasi tua yang sudah ada dan kini berperan aktif dalam pembangunan bangsa.

Oleh karena itu, keberadaan pemuda sangatlah diharapkan perannya di Indonesia khususnya dalam menjawab permasalahan kependudukan melalui pemahaman akan pentingnya mempersiapkan keluarga yang berencana dan terencana dengan baik. Sehingga memberikan efek ampuh dalam menciptakan generasi emas yang berkualitas bagi bangsa kedepannya. 

Ketika pemuda sejak dini sudah dibekali akan pentingnya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menciptakan keluarga kecil sehat sejahtera, tentunya secara tidak langsung telah terfikirkan bagi dirinya untuk mendidik anak-anak dan cucunya dengan tindakan dan tujuan mulia.

Ada suatu pepatah yang mengatakan rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya dan ada lagi yang menyebutkan bahwa kebodohan pangkal kemiskinan bahkan Rasulullah SAW pernah mengecam  bahwa kemiskinan itu mendekati kekafiran. Jikalau membicarakan pepatah dan  hadist diatas maka tercerminlah kepada suatu keadaan yang sangat menuntut setiap manusia untuk bisa berubah.

Dibutuhkan  pemuda yang akan membentuk keluarga sebagai media atau sekolah terbaik, memberikan peranannya sebagai leading dan contoh yang baik bagi masyarakat serta mampu mengarahkan anggotanya untuk dapat meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan pribdi diri dalam rangka mengubah perilaku. Dalam kasus ini pemerintahpun dituntut untuk lebih peka dan turut andil dalam menerapkan dasar-dasar perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata.

Sebagai contoh, intervensi dan kebijaksanaan pemerintah meningkatkan aksesibilitas mengenai permasalahan di kalangan masyarakat. Sudah saatnya kita sebagai generasi muda sadar diri dan membantu menaikkan martabat bangsa. Sebagai langkah kecil  memberikan penyuluhan ataupun edukasi seperti seminar-seminar pentingnya pendidikan  kependudukan guna menyadarkan masyarakat  khususnya pemuda sebagai tonggak bangsa akan arti pentingnya kependudukan adalah bentuk kepedulian . Hal ini akan menjadi pondasi solusi kependudukan bagi bangsa.

Program Keluarga Berencana yang diarahkan kepada masyarakatpun dapat dipandang sebagai upaya memenuhi kebutuhan dasar, menjadi bekal bagi generasi bangsa kedepannya.  Akhirnya melalui kesadaran bahwa “family is the best leadership school” akan mengubah mindset pemuda untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, memperoleh pekerjaan yang mapan, membina keluarga kecil sejahtera, hidup sehat dan bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya. Dan akan memberikan pengaruh besar dalam penyelesaian permasalahan yang ada di Indonesia. “Jayalah Negeriku, kami ini pemuda kebanggaanmu!”. (*)

Komunikasi Keluarga untuk Menciptakan 
Karakter Remaja yang Sehat, Cerdas, dan Ceria 
Oleh Rahmat Nazillah
Duta Mahasiswa GenRe 2012

          Remaja merupakan transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Biasanya umur yang digolongkan ke dalam kategori remaja adalah 12 tahun - 21 tahun.  Menurut para ahli remaja berasal dari kata latin “adolensence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).

Dari pengertian yang dikemukakan diatas pastinya pada masa ini remaja akan mengalami beberapa kesulitan dan hambatan, baik secara mental, pemikiran, dan lain sebagainya yang disebabkan belum matangnya perkembangan pertumbuhan pola pikir yang dialami oleh remaja tersebut. Pada masa transisi inilah peran lingkungan sekitar sangat diharapkan untuk membantu perkembangan remaja, terutama dalam hal ini adalah peran keluarga.

Keluarga adalah bagian penting dari sebuah perkembangan anak yang menuju dewasa. Banyak kasus remaja yang terjadi akhir-akhir ini tidak lain merupakan akibat dari kelalaian orang tua yang berfungsi sebagai pelindung dan pengawas bagi anak-anak mereka yang sedang berkembang.

Dalam sebuah keluarga terdapat delapan fungsi yang harusnya diamalkan demi terbentuknya keluarga yang harmonis dan sejahtera. Diantara delapan fungsi tersebut antara lain: fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan.

Dalam pembentukan karakter bagi seorang remaja maka fungsi perlindungan tentu sangat berperan penting, karena pengaruh era globalisasi yang tidak terkendali tentu saja dapat berdampak buruk bagi seorang remaja jika tidak diawasi dan dilindungi. Selain itu fungsi pendidikan dan lingkungan juga dapat membantu membentuk karakter seorang remaja. Tentu dalam hal ini pendidikan dan lingkungan keluarga positiflah yang dapat membentuk remaja menjadi remaja yang baik.

Dalam keluarga tentu komunikasi adalah bagian terpenting, karena komunikasi merupakan penghubung antar perasaan dari tiap anggota keluarga itu sendiri. Terlebih komunikasi antar orang tua dan anak merupakan bagian terpenting untuk membentuk karakter si anak. 
Dalam hal ini, orang tua diharapkan menjadi teman bicara dan curhat si anak yang sedang beranjak dewasa tersebut, terlebih pada saat remaja si anak pasti akan mengalami gejolak dalam kehidupan, seperti masalah percintaan, pergaulan, pendidikan, dan lain sebagainya yang mestinya orang tua tahu dan ikut andil dalam mendidik mereka para remaja.

           Pola komunikasi dalam keluarga tentu semua orang harus memahami dengan baik, terlebih disaat remaja yang sedang mengalami gejolak pastinya orang tua tidak boleh serta merta menyalahkan bahkan menghukum si anak dengan hukuman yang berat. Pada dasarnya, dimasa ini remaja yang sedang berkembang hanya memerlukan panutan dan contoh yang baik untuk perkembangan pola pikir mereka ke depan. 
           
            Dalam hal ini keluarganya yang harus membantu remaja tersebut untuk berkembang, bukannya orang lain. Maka sangat diharapkan bagi para orang tua dapat mengamalkan 8 (delapan) fungsi keluarga demi menjaga masa depan anak-anak dan juga keluarga mereka sendiri. Sehingga nantinya anak-anak mereka yang sedang berkembang ini dapat menjadi remaja yang sehat, cerdas, dan ceria. (*)
Pemuda di Tengah Badai Krisis Identitas
Oleh Pinka Satria Aqsa
Duta Mahasiswa GenRe Aceh 2013

Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa,berbagai masalah di Indonesia menjadi sangat kompleks, terutama di kota-kota besar. Berbagai masalah  yang terjadi saat ini, tidak hanya di alami Indonesia, bahkan di berbagai belahan dunia. Tentunya para tetuah bangsa sangat berharap pada pemuda bangsanya, karena sesungguhnya nasib bangsa kedepannya ada ditangan para pemuda. Lalu bagaimana dengan semangat pemuda untuk membangun kesejahteraan bangsanya?

Tidak dapat dipungkiri bahwa berwirausaha adalah hal yang membutuhkan keberanian dan kegigihan yang keras. kurangnya lahan wirausaha yang diciptakan menggambarkan sumber daya manusia yang masih kurang dalam pembinaan dan rendahnya pendidikan. Sebenarnya hal ini merupakan penyebab peningkatan angka pengangguran. Sedangkan masalah pengangguran adalah salah satu permasalahan yang besar khususnya di Negara Indonesia. Salah satu solusinya adalah mencetak lulusan lembaga pendidikan yang memiliki potensi untuk berfikir luas, mau mengembangkan keterampilannya dan ikhlas menjadi bibit bangsa yang peduli akan nasib bangsanya. Tidak disangka berwirausaha dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat memperbaiki keadaan ekonomi bangsa.

Alasan inilah yang mendorong saya sebagai mahasiswa untuk memberikan ide dalam melakukan sebuah terobosan bagi bangsa kedepannya,  yaitu mewajibkan para pelajar di Indonesia harus memiliki bekal pendidikan kewirausahaan. Pada nyatanya praktek ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Tapi tidak ada salahnya jika pemerintah dan sekolah bekerjasama mencoba menerapkan pendidikan kewirausahaan pada kurikulum pendidikan sekolah. Jika memang pendidikan  sejarah, kewarganegaraan wajib dipelajari, mengapa pendidikan yang berpotensi membina para tunas bangsa untuk mengukir sejarah baru dan menciptakan kesejahteraan warga negaranya tidak wajib dipelajari.

Bagi saya pemuda Indonesia memiliki potensi besar untuk mengatasi permasalahan ini . dengan adanya pembinaan jiwa entrepreurship dini ,baik dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekolah dan sekitarnya otomatis akan menumbuhkan rasa percaya diri para pemuda untuk berwirausaha. Sekarang saatnya Sekolah menambah kurikulum pengembangan jiwa entrepreunership usia dini. Hal ini sangat penting untuk digalakkan, karena generasi muda kedepannya bukan di didik sebagai generasi yang  bergantung pada orang lain melainkan di didik sebagai jiwa pengembang kewirausahaan yang dapat membantu bangsa menciptakan lapangan pekerjaan dan meyukseskan cita cita bangsa. Bukan hanya itu, keberhasilan para pemuda mengurangi pengangguran akan menaikkan derajat bangsa Indonesia di depan mata dunia.

Sudah saatnya Indonesia sebagai negara terpadat penduduk keempat di dunia yang memiliki sumber daya manusia yang berlimpah menyemai bibit mudanya untuk membangun kesejahteraan bangsa, tapi bukan melalui jalur instan. Seperti, menghalalkan segala cara untuk mencapai cita citanya, tapi tidak pernah berfikir akan kerugian yang ditimbulkan. Dan  budaya instan bukanlah budaya yang diterapkan para leluhur Indonesia. Maraknya budaya instan inipun akan segera kita hapuskan, jika jiwa muda percaya diri dengan kemampuannya, siapa lagi yang mejadi pengembang budaya instan.

Pemuda merupakan generasi penyokong bangsa dan pengganti generasi tua yang sudah ada dan kini berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, keberadaan pemuda sangatlah diharapkan perannya di Indonesia ini. Begitu banyak gerakan yang merupakan gerakan 20 tahunan terjadi di dipelopori oleh para pemuda, mulai dari Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), Perang Kemerdekaan (1945), Orde Baru (1966), dan yang terakhir adalah gerakan Reformasi (1998). (Mulyana :2008)

Peranan pemuda sangatlah vital bagi kelangsungan suatu negara dan dunia. Tidak berlebihan ucapan Bung Karno, “Beri aku sepuluh pemuda, bersamanya aku akan mengubah dunia!” karena salah satu peran pemuda yang paling penting adalah agen perubahan. Pelajar , walaupun  sebagai pemuda skala kecil pun turut andil dalam peran tersebut. pelajar juga bagian dari pemuda yang akhirnya mempunyai tanggung jawab besar akan bangsanya.

Langkah tepat yang harus diterapkan disekolah adalah menumbuhkan jiwa wirausaha. Banyak cara yang dapat dilakukan misalnya melalui pendidikan formal yang menyajikan berbagai program pendidikan kewirausahaan, seminar ataupun sosialisasi yang dimulai dari pendidikan menengah, pelatihan yang diberikan oleh lembaga- lembaga lainnya. Dan yang terpenting adalah otodidak, melalui berbagai media kita bisa menumbuhkan semangat berwirausaha. Misalnya melaui bipografi pengusaha sukses, media televise, radio majalah Koran dan berbagai media yang dapat kita akses untuk mengembangkan jiwa wirausaha yang ada dalam diri kira.

Hal yang sangat penting untuk diketahui oleh para pelajar sekaligus pemuda adalah, jangan hanya berharap pada orang lain untuk menjalankan ini semua. Dan berhentilah untuk saling menyalahkan. Saatnya kita bekerja sama untuk meningkatkan eksistensi bangsa di depan mata dunia. membuktikan bahwa para manusia Indonesia tangguh dan berwawasan tinggi.

”Ketika kita pernah gagal dalam satu hal, pastinya kita kecewa dengan hasil tersebut, namun bukan berarti kita berlama-lama hanyut dalam kegagalan kita, karena hal tersebut tidak akan merubah apapun. Segeralah bangkit dengan kekuatan yang engkau miliki, pupuk rasa percaya diri, galiu potensi diri dan lakukan yang lebih baik lagi karena semua belum berakhir, sebab segala sesuatu masih mungkin terjadi.”

Sama halnya seperti tanggung jawab pemuda, para pemuda zaman dahulu pernah juga mengalami kegagalan, tapi berkat usaha dan tujuan mulia, kemerdekaan bangsa dipersembahkan untuk bangsa, akankah kita bersantai meratapi nasib bangsa yang belum jelas bagaimana kedepannya. Marilah para pemuda kita berjuang dan terus mengemban pendidikan setinggi-tingginya. SEMANGAT PEMUDA INDONESIA!!!  (*)
 Fenomena Rokok Pada Remaja Indonesia  
Oleh Rahmat Nazillah
Duta Mahasiswa GenRe Aceh 2012


Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Merokok sudah lama menjadi suatu kebiasaan dan sulit dihilangkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal semua orang tahu bahwa merokok akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan itu sudah terbukti melalui beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli.

Sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk terbesar dan terpadat di dunia, Indonesia tentu memiliki banyak cerita tentang kasus-kasus rokok. Hal itu tentu disebabkan oleh pemikiran rakyat Indonesia yang menganggap rokok itu penting dan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap waktu. Sehingga dengan ketertarikan rakyat Indonesia terhadap rokok tentunya membuat produsen rokok semakin leluasa untuk memasarkan produk mereka di Indonesia. Bahkan setiap tahunnya bisa dipastikan perokok semakin bertambah tanpa memandang umur.

Fenomena rokok ini merupakan suatu hal yang sangat disayangkan dan patut di waspadai, terlebih saat ini separuh dari perokok aktif itu merupakan kalangan remaja. Hampir bisa dipastikan di setiap sudut kota di Indonesia kita dapat menyaksikan segerombolan remaja yang berkumpul di pinggir jalan, di gang-gang kecil, dan sebagainya melakukan aktifitas merokok bersama-sama.

Merokok kini bukan termasuk hal yang tabu, bahkan wanita dan anak-anak dibawah umur pun mulai kecanduan merokok. Seperti satu berita yang pernah heboh beberapa waktu lalu, seorang anak dibawah umur berinisial “AR” bisa menghabiskan 40 batang rokok perhari, padahal saat itu umurnya baru berkisar 2 (dua) tahun lebih. Tentu ini merupakan hal yang tidak dapat dicontoh dan membahayakan generasi muda Indonesia.

Menurut penuturan Bapak Masli, salah satu mantan pegawai Philip Morris yang merupakan pemilik perusahaan rokok ternama di dunia, di Indonesia ini target perusahaan rokok adalah mereka remaja yang berumur 18 tahun ke atas. Namun tidak menutup kemungkinan remaja berumur 14 tahun juga termasuk target dari pasar perusahaan rokok di Indonesia. Hal ini tentu menjadi kecemasan bagi kita sebagai orang yang peduli terhadap nasib dan moral remaja di Indonesia.

Ada beberapa hal yang menyebabkan fenomena rokok di kalangan remaja ini sangat mengkhawatirkan, diantaranya adalah iklan-iklan rokok tersebar tanpa terkendali di setiap sudut kota di Indonesia. Hal ini tentu membuat seorang remaja penasaran dan ingin tahu seperti apa itu rokok, sehingga muncullah rasa ingin coba-coba hingga menjadi ketagihan.

Selain itu peredaran rokok pun tidak terkendali. Dimana saja baik swalayan atau hanya kios kecil, baik di jalan raya atau hanya gang kecil pasti menjual rokok. Bahkan Indonesia merupakan Negara yang menjual rokok dengan harga yang cukup murah dibandingkan dengan Negara-negara lain yang ada di dunia.

Bayangkan saja jika rokok terus menyebar dan terus menggerogoti remaja-remaja di Indonesia, bukan tidak mungkin suatu saat rokok itu berubah menjadi ganja, bukan tidak mungkin pula rokok itu bisa berubah menjadi jenis narkoba lainnya yang akan membuat moral anak bangsa semakin jatuh. 
Mungkin kita sebagai bangsa Indonesia perlu mengikuti langkah pemerintah Amerika Serikat yang membatasi peredaran rokok.

Di Time Square New York City, semua iklan elektronik dan lainnya bisa dilihat langsung disana, namun hanya iklan rokok yang tidak terdapat disana karena masyarakat Amerika Serikat bersama pemerintahannya sudah melakukan upaya untuk melindungi remaja mereka dari bahaya merokok. Bahkan harga rokok di Amerika Serikat cukup tinggi yaitu $10 - $13 ($1 = Rp 12.500) yang membuat seseorang harus berpikir kembali jika ingin membeli sebungkus rokok. Semoga saja suatu saat nanti Indonesia juga bisa membatasi peredaran rokok. (*)


Orang Tua Sebagai Guru Terbaik dalam Hidup
Oleh Keumala Fadhiela ND
Duta Mahasiswa GenRe Aceh 2012


        Benarkah Orang Tua adalah guru terbaik? Tentu saja tiap orang akan memberikan respon yang berbeda dengan pertanyaan ini. Mereka akan menjawab berbeda berdasarkan dari karakter, emosional dan latar belakang pendidikan mereka masing-masing. Tapi, jika pertanyaan ini ditujukan kepada saya, maka saya akan menjawab - Iya,  benar, orang tua adalah guru terbaik.

Pada satu sisi, orang tua adalah orang terdekat dan paling mengerti tentang apa yang kita butuhkan. Oleh karena itu, orang tua adalah orang yang paling tahu disetiap perkembangan fisik maupun mental. Sebagai orang tua, mereka akan membagikan setiap kesulitan dan kebahagiannya pada kita. Mereka lah yang lebih tahu disetiap gerak-gerik yang kita miliki.

Orang tua akan mengajari semua hal tentang apa yang kita sukai dan apa yang kita tidak sukai. Misalnya, jika orang tua sering membelikan anaknya buku tentang binatang laut, maka perlahan anak tersebut akan lebih menyukai hal-hal yang berkaitan dengan laut. Mereka akan senantiasa menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan binatang laut. 

Seperti bagaimana mereka berkembang biak, dimana habitatnya, apa makanannya, dan lain-lain. Selain itu, secara langsung maupun tidak langsung, anak akan meniru orang tua selama memberikan didikan di rumah. Orang tua juga akan menurunkan sifat yang tidak baik pada anaknya jika orang tua tidak memberikan contoh perilaku yang terpuji.

Di sisi yang lain, di sekolah, kita akan di ajari oleh guru yang berpengalaman dalam hal ilmu pengetahuan. Tapi apakah seorang guru bisa seutuhnya bisa mengajarkan kita bagaimana berkomunikasi yang baik antar sesama? Bagaimana menghadapi orang yang tidak dikenal? Bagaimana berperilaku sopan, dan bagaimana membuat keputusan yang tepat untuk hidup kita? Hanya orang tua yang akan menghabiskan hidup mereka untuk bisa mencintai kita. Kepedulian yang mereka berikan adalah suatu cara agar kita bisa mengarungi hidup tanpa pertimbangan egois semata.

Meskipun orang tua tidak specialized di pendidikan, tapi peran mereka untuk menunjang pengetahuan anak-anak sangat lah besar. Orang tua mungkin tidak bisa mengajari kita Matematika, Kimia atau Biologi, tapi mereka sangat bisa memberikan kita pelajaran hidup tentang bagaimana harus mandiri, kuat dan percaya pada diri sendiri.

Berawal dari Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang mempunyai peran yang besar dalam pembentukan pribadi seseorang. Hal ini disebabkan karena keluarga mampu membentuk sikap maupun sifat anak dari sangat dini. Selain karakter, kedisiplinan juga perlahan akan tumbuh sehingga ketika besar anak ikut menjadi terbiasa disiplin.

Nah, di sini lah orang tua mempunyai peran yang sangat besar. Jadi tak salah jika pembentukan awal anak hingga remaja bergantung dengan apa yang diajarkan dan dibentuk oleh orang tua. Selain orang tua sebenarnya kakak dan adik juga berpengaruh. Namun tetap saja, orang tua yang paling berperan disini.

Lalu, bagaimana jika orang tua tidak mampu menjadi guru yang baik untuk anak-anaknya? Berarti orang tua tersebut tidak menjalankan peran dari orang tua yang sebenarnya. Ini akan mengakibatkan perkembangan mental anak juga tidak begitu baik. Contohnya orang tua yang terlalu sibuk dengan karir sehingga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menghabiskan waktu dengan anak-anak cenderung tidak memiliki ikatan emosional yang dekat. 

Emosi anak atau remaja akan tidak stabil dan berakibat mudah terpengaruh dengan pergaulan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya. Orangtua yang tidak peduli kepada anak-anaknya akan menurunkan rasa kepercayaan diri. Anak atau remaja yang tidak mendapatkan perhatian orang tua sulit bergaul dengan orang lain.

Oleh karena itu, bersyukurlah jika kita masih diberikan orang tua yang selalu mengingatkan dan selalu menyayangi kita. Pelajaran tentang hidup adalah hal yang paling banyak kita dapatkan. Kalau bukan keluarga, kalau bukan orang tua, siapa lagi yang menjadi guru untuk hidup kita. (*)


"Sarjana Peduli", Bukti Kepedulian Sesama
Oleh Ahmad Husnul Huluq 
Duta Mahasiswa GenRe Aceh 2013

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat setelah Amerika Serikat. Namun hal ini tidak didukung dengan luasnya wilayah seperti yang kita lihat di Amerika Serikat. 

Kita tahu Amerika Serikat mempunyai wilayah yang luas dan teknologi yang telah maju. Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan di Indonesia, mungkin Indonesia mempunyai wilayah yang cukup luas, tetapi hal ini tidak didukung dengan pengolahannya yang maksimal dan perkembangan teknologi yang kurang, akibatnya Indonesia mengalami beberapa masalah yang serius yang bersumber dari membludaknya angka jumlah penduduk. 

Beberapa masalah yang timbul dari membludaknya angka jumlah penduduk di Indonesia diantaranya adalah masalah kesehatan penduduk yang rendah, taraf pendidikan yang kurang memadai dan banyaknya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Membludaknya angka jumlah penduduk di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal diantaranya besarnya jumlah penduduk (over population), tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk yang tidak merata. Kita tahu setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, hal ini menunjukkan tidak seimbangnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Artinya, jumlah penduduk yang berkurang lebih sedikit daripada yang bertambah. Dengan terjadinya keadaan ini secara terus menerus, maka akan terjadi pembludakan jumlah penduduk.

Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk disebabkan oleh cepatnya pertambahan penduduk yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum memahami betul bagaimana cara mengatur jarak kelahiran pada bayi. Kita tahu bahwa pemerintah Indonesia melalui BkkbN telah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yang berguna untuk membatasi jumlah anak maupun jarak kelahiran pada bayi. 

Program yang telah dicanangkan oleh pemrintah tersebut dapat dikatakan lumayan berhasil, tetapi masih belum sempurna dalam mencapai hasil yang diinginkan. Dapat kita lihat pada grafik pertumbuhan penduduk Indonesia semakin menurun tiap tahunnya. Pertambahan yang terjadi tidak terlalu tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kesuksesan dari pemerintah dalam mencanangkan program keluarga berencana. Namun alangkah baiknya jika persentase pertumbuhan penduduk tersebut semakin menurun hingga mencapai angka di bawah 1%. Karena dalam pengelompokan negara, negara maju selalu memiliki angka pertumbuhan penduduk di bawah 1% atau bahkan mendekati 0%.

Berdasar survey dan sensus penduduk, persebaran penduduk di Indonesia tidak merata antar satu propinsi dengan propinsi yang lainnya. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah ketersediaanya fasilitas dan pusat-pusat perekonomia yang memadai. Hampir 50% lebih dari jumlah penduduk di Indonesia mendiami Pulau Jawa, karena saat ini masyarakat menganggap hidup di Pulau Jawa sudah serba ada dan fasilitas lengkap. Sehingga banyak penduduk yang awalnya tinggal di luar Pulau Jawa menjadi berkeinginan untuk bermigrasi ke Pulau Jawa dengan harapan mendapat penghidupan yang lebih layak.

Pada beberapa masalah yang telah diungkap di atas, sumber masalah mengenai kependudukan di Indonesia dapat diselesaikan melalui dua solusi. Solusi yang pertama mengacu pada solusi yang berguna untuk menyelesaikan masalah yang saat ini terjadi. Sedang solusi yang kedua mengacu pada strategi yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah yang sama timbul di kemudian hari. Sasaran solusi juga dapat dibagi menjadi dua, orang tua yang saat ini telah berkeluarga dan berpenghidupan serta remaja yang nantinya akan menjadi penerus penduduk tetap yang ada di Indonesia.

Solusi pertama yang mengacu pada penyelesaian masalah saat ini dapat diselesaikan dengan penerapan kembali program trasnmigrasi untuk mencapai pemerataan dan keseimbangan dalam penyebaran penduduk. Transmigrasi adalah perpindahan tempat dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya (Suyitno, 1980:116). Program transmigrasi ini dapat dilakukan kepada mereka yang tinggal di Jawa dan di tempatkan di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan bagian Nusantara lain yang masih jarang penduduk.

Selain tercapainya pemerataan penduduk, transmigrasi juga akan memberikan efek positif berupa terolahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia semaksimal mungkin. Karena transmigran yang telah menempati tempat barunya pasti akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari lingkungan barunya yang dapat dimanfaatkan. Transmigrasi sangat erat hubungannya dengan pembangunan daerah, baik di daerah asal maupun daerah penerima. 

Dari berbagai studi telah didapatkan keterangan tentang keadaan para transmigran umum ketika di daerah asal. Transmigran umum di Kalimantan Selatan misalnya, 61% tidak memiliki tanah ketika di daerah asal (Hardjosoenarto dalam Friedrich, 1980:94).

Solusi kedua yang dapat dipersiapkan untuk mencegah terjadinya masalah pembludakan penduduk yang berulang dapat diatasi dengan program “Sarjana Peduli”. Program sarjana peduli ini mempunyai inti , kita, yang sempat mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi, yang tentunya telah memahami masalah-masalah kependudukan yang terjadi di negeri ini ikut andil dalam mensosialisasikan program-program pemerintah dalam mencegah terjadinya pembludakan penduduk di masa mendatang. Hal ini dilakukan atas dasar kepedulian kita kepada sesama remaja yang belum sempat mengenyam pendidikan agar mereka mengetahui apa efek positif dan dampak yang akan timbul ketika negara ini mempunyai jumlah penduduk yang berlebih.

Banyak program yang nantinya akan disosialisasikan oleh sarjana peduli tersebut. Program-program yang telah dibuat oleh pemerintah dapat kita terapkan kembali pada program sarjana peduli seperti pembinaan generasi berencana, penundaan usia perkawinan, penambahan dan penciptaan lapangan kerja, serta meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. 

Melalui program sarjana peduli, remaja yang menjadi sasaran program akan menjadi lebih merasa yakin karena alat yang menyampaikan adalah mereka yang sebaya usianya. Dengan usia yang sebaya, diharakan mereka dapat saling memahami apa yang mereka rasakan pada usia yang sama dan dapat mengetahui bagaimana cara dan strategi yang dapat dilakukan agar remaja sasaran dapat mudah menerima apa yang menjadi tujuan program dan dapat menerapkannya. 

Dengan tercapainya program tersebut, maka masalah kependudukan di Indonesia dapat teratasi.Teratasinya masalah tersebut, hal ini juga akan memberikan dampak perbaikan pada masalah-masalah lain yang akarnya bersumber dari pembludakan jumlah penduduk seperti kesehatan penduduk yang membaik, taraf pendidikan yang lebih memadai dan berkurangnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. (*)

GenRe dan RANSEL Lahirkan Generasi Emas Aceh
Oleh Rahmat Nazillah
Duta Mahasiswa GenRe Aceh 2012

INDONESIA, Tanah Air yang kita cintai ini merupakan salah satu negara yang cukup padat penduduknya di dunia. Angka kelahiran pun bertambah kian pesat dan jauh tidak sebanding dengan angka kematian.

Bahkan dengan bertambah banyaknya setiap penduduk di Indonesia membuat lapangan pekerjaan sulit untuk didapat, kesejahteraan keluarga pun menjadi sebuah mimpi yang sulit untuk diwujudkan. Hingga pada akhirnya rakyat miskin semakin bertambah dibarengi dengan tindak pidana yang semakin meluas.


Tidak memandang kecil atau besar, muda atau tua, semuanya bisa saja melakukan tindak pidana seperti mencuri, membunuh, korupsi dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, bahkan di Indonesia terutama di Provinsi Aceh yang kita bangga-banggakan dengan Serambi Mekkah ini free sex mulai merajalela dan meningkat pesat dibanding provinsi lain di Indonesia. Sungguh ironis memang, namun itulah kenyataan yang kita hadapi saat ini.


Kini pertanyaan yang sering timbul dibenak saya atau teman-teman semuanya adalah “mau dibawa kemana negeri kita ini jika moral penduduk negeri ini semakin bobrok?”.


Mungkin sekarang kita hanya bisa menyalahkan pemerintah yang menurut kita “tidak intim” dengan rakyat yang sedang dipimpinnya. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa kita sendiri tak mau bergerak untuk melakukan langkah-langkah yang coba diberlakukan oleh pemerintah Indonesia?


Kini saatnya kita berbenah diri, negeri kita Indonesia tentu masih bisa kita selamatkan dengan cara memperbaiki moral anak-anak bangsa. Jika bukan kita yang mulai mengubahnya siapa lagi yang akan mengubah? Dan jika bukan kita yang bergerak siapa lagi yang akan mempersiapkan generasi emas Indonesia terutama di Aceh?


Apa yang perlu kita lakukan sekarang? Apa program yang tepat untuk memulai langkah kita menciptakan generasi emas dimasa mendatang? Saya mencoba mencari sebuah jawaban yang bisa kita jalankan bersama, dari seluruh elemen masyarakat tentunya tanpa terkecuali.


Hingga pada akhirnya terlintas dipikiran saya untuk menciptakan RANSEL (Rumah Anak Sehat dan seLamat). RANSEL merupakan sebuah program yang pernah saya paparkan sewaktu saya mengikuti ajang “Pemilihan Duta Mahasiswa GenRe Nasional 2012”.


Program yang saya jabarkan dari program GenRe (Generasi Berencana) miliknya BkkbN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) ini bertujuan menciptakan anak-anak dan remaja-remaja yang kompeten dan memiliki karakter positif yang cukup kuat, sehingga pada akhirnya mereka bisa meningkatkan kualitas seluruh penduduk yang ada di Aceh pada khususnya serta negara Indonesia ini.

Berbicara GenRe maka kita berbicara tentang masa akan datang, karena di program GenRe ini tentunya kita akan belajar bagaimana menjadi remaja yang bisa menggapai sebuah impian yang telah disiapkan sejak dini, baik itu pendidikan, pekerjaan, bahkan berkeluarga.

Perlu kita ketahui bahwa ada 5 tahapan yang harus kita lalui sebagai remaja GenRe yaitu :


  Belajar --> Bekertja -->  Berkeluarga  --> Bermasyarakat -->  Keluarga kecil bahagia sejahtera


Semua tahapan diatas jika bisa kita lakukan dengan baik maka akan menciptakan sebuah generasi emas yang menciptakan keluarga yang sejahtera. Sehingga keluarga keluarga sejahtera ini yang nantinya akan menciptakan negara Indonesia yang bersih dan makmur.

Namun perlu kita perhatikan bahwa 5 tahapan tersebut perlu kita kombinasikan dengan lingkungan kita, sehingga saya mencoba mengkombinasikan antara program GenRe dengan program RANSEL.

Untuk menciptakan Rumah yang bisa menciptakan remaja generasi emas sehingga memberikan ketenangan dan kesejahteraan (program RANSEL), kita perlu memperhatikan empat hal berikut :


1. Kita perlu mengaplikasikan delapan fungsi keluarga yang menjadi bagian dari program GenRe yaitu : fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan.


2. Membentuk karakter positif sejak dini yang bisa kita lakukan dengan mengenalkan agama kepada anak, timang-timang (do da idi) saat menidurkan anak dengan melantunkan syair-syair bernuansa agama dan do’a, serta mengenalkan arti kehidupan kepada anak.


3. Menjadikan lingkungan kita (tempat tinggal atau tempat belajar) sebagai tempat untuk saling melindungi satu sama lainnya. Jika dalam lingkungan pedesaan biasanya kita masyarakat Aceh mengenal adanya “pageu gampoeng” yang terdiri dari aparatur desa, tuha peut, tuha delapan, dan elemen pedesaan lainnya yang memiliki fungsi melindungi dan menjaga seluruh penduduk desa setempat.


4. Memberikan pendidikan yang layak bagi seluruh anak bangsa mulai dari pendidikan yang paling dini hingga menjadi sarjana.


Empat point dari program RANSEL ini diharapkan bisa membuat seluruh elemen masyarakat di Aceh pada khususnya serta di Indonesia dapat menggerakkan hati bersama-sama menjadikan negeri yang kita cintai ini lebih baik lagi ke depan.


Allah SWT berfirman dalam Alquran: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka”. (QS 13:11)


Kita masih punya waktu untuk mewujudkan Generasi Berencana yakni anak-anak Indonesia yang memiliki mimpi besar dan kemauan besar untuk terus maju dalam hal kebajikan. Saya jadi teringat pada sebuah kata bijak “aku adalah penguasa hidupku, dan aku adalah nahkoda sukmaku”.


Maksudnya adalah kehidupan ini kita yang tentukan kemana arah dan tujuannya, baik dan buruk itu adalah pilihan yang sebenarnya kita buat sendiri, maka dari itu mari kita arahkan kehidupan kita menuju gerbang kemenangan dengan program GenRe dan RANSEL, sehingga kita dapat menjadikan penduduk Indonesia yang bermoral hebat. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar