Jumat, 12 Desember 2014

Remaja Menuju Jembatan Bonus Demografi Indonesia

Kepala BkkbN RI, Prof. dr. H. Fasli Jalal, Ph.D, SpGK sedang memberi
kuliah umum di FKIP Unsyiah dalam lawatan kerjanya ke Banda Aceh
beberapa waktu lalu|Saniah LS 
BANDA ACEH – Bangunan itu memang terlihat sederhana. Bangunan rumah dengan tiga ruang kamar didalamnya. Semakin masuk ke dalam semakin terlihat ke-kompleksitasannya. Suasana nyaman sengaja diciptakan, karena ruangan-ruangan di dalam bangunan ini adalah ruang tempat berbagi.

Rumah ukuran kecil yang berlokasi di kawasan Peurada Banda Aceh ini adalah sekretariat Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) Bungong Jeumpa. Rumah ini segaja dihadirkan untuk memberi tempat bagi masyarakat dari segala lapisan untuk mendapat pengetahuan seputar keluarga, bahkan informasi untuk mempersiapkan sebuah keluarga.

Rabu 19 Maret 2014 lalu, Kepala BkkbN RI, Prof. dr. H. Fasli Jalal, Ph.D, SpGK beserta rombongan berkesempatan mengunjungi PPKS Bungong Jeumpa, dan berdialog langsung dengan para Konselor dan berdialog langsung dengan PLKB/PKB.

Fasli Jalal terlihat puas, dengan konsep ruang berbagai yang ditampilkan oleh PPKS Bungong Jeumpa. Fasli Jalal meminta kepada segenap relawan PPK untuk bisa terus memasyarakatkan kebiasaan berbagi alias konseling demi terciptanya sebuah keharmonisasian dalam keluarga. 

“Kita harus bisa menjadikan konseling menjadi gaya hidup, dan harus bisa mengubah pandangan masyarakat yang selama ini salah, menganggap konseling adalah membuka aib atau bahkan konseling adalah indikasi dari sebuah kehidupan keluarga yang bermasalah,” ujarnya dihadapan para PLKB/PKB.

Disebutkan mantan Wakil Menteri Pendidikan RI ini, membiasakan konseling jangan hanya dilakukan pada kalangan masyarakat dewasa saja, melainkan juga dikalangan remaja. Bagi remaja konseling diperlukan demi terwujudnya persiapan menuju keluarga yang baik dan terencana.
“ Hal ini perlu dilakukan karena ini adalah cikal bakal terwujudnya keluarga yang terencana, untuk menarik minat remaja agar mau melakukan konseling tentunya harus dilakukan dengan bahasa gaul bahasa yang dipahami oleh remaja,” jelasnya.

Bonus Demografi
Hal senada juga disampaikan Fasli Jalal saat menjadi keynote speaker dihadapan seratusan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Maret 2014 lalu.

Dihadapan para calon guru ini Fasli menekankan pentingnya kesiapan seorang warga dalam menata hidupnya yang nantinya berdampak bagi perkembangan penduduk disebuah Negara atau wilayah.

“Jika saat ini kita bisa menata kehidupan dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang baik yang salah satunya adalah mempersiapkan keluarga yang terencana, itu artinya kita akan mendapatkan bonus demografi,” jelas Laki-laki asal Sumatera Barat ini.

Bonus Demografi adalah dimana komposisi penduduk dengan umur produktif  disebuah wilayah atau Negara sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Disebutkan Fasli Jalal, saat ini Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun 2020-2030. Hal ini dikarenakan jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya 60 juta.

Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah, diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.

Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020.

Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Permasalahan pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang.


“Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar, yaitu kualitas manusia,” tegas Fasli Jalal Kepala BkkbN Pusat. (Dara El-Achee)

Remaja Aceh ikut Jambore Tingkat Nasional di Banten

Duta Mahasiswa GenRe 2013, Pinka Satria Aqsa sedang
membawakan puisi bersama anak PIK R/M Aceh/Saniah LS
BANTEN - Sekitar 14 remaja Aceh dari delapan kabupaten/kota di Aceh mengikuti Jambore dan Ajang Kreatifitas Remaja GenRe (Generasi Berencana) Tingkat Nasional yang digelar selama 24-27 September 2013 di Marbella Hotel, Anyer, Banten. 

Para remaja Aceh yang terpilih menjadi duta diacara yang digelar BkkbN Pusat dengan  tema “Apa Arti Janjimu Untuk Dirimu, Temanmu, Keluargamu, dan Negaramu” dari Kelompok Nominasi Juara Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M ) Tingkat Provinsi Aceh yang digelar pada Februari setiap tahunnya.

Empat belas remaja/mahasiswa yang juga didampingi pendamping mereka masing-masing berasal dari Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Lhokseumawe, Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Subulussalam, dan Nagan Raya.

Kepala BkkbN, Prof Fasli Jalal usai membuka acara, Selasa malam (24/9) yang diikuti sekitar ribuan remaja dari 33 provinsi di Indonesia mengatakan, kegiatan ini digelar untuk membangun rasa kebersamaan diantara remaja dimasing-masing provinsi melalui dinamika tuka menukar informasi dan mengembangkan program GenRe.

“Tujuan ajang ngumpul ini secara umum untuk mengembangkan kreatifitas remaja/mahasiswa kita dalam rangka mewujudkan generasi emas menuju Indonesia jaya,” jelas Fasli Jalal kepada wartawan.

Lanjut dia, diharapkan kegiatan selama empat hari ini dapat meningkatkan jumlah remaja/mahasiswa yang memahami tentang pendewasaan usia perkawinan. Serta meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan prilaku remaja dalam penyiapan dan perencanaan kehidupan berkeluarga.

Sebut Fasli Jalal saat ini di Indonesia ada sekitar 17 ribu remaja/mahasiswa yang tergabung dalam program Pusat Informasi dan Konseling (PIK) yang sudah dilatih oleh BkkbN untuk menjadi pendidik sebaya. Dan sebagian dari mereka kata dia lagi akan naik kualifikasinya menjadi konselor sebaya pada program-program PIK Remaja/Mahasiswa.

“BkkbN guna mendukung program PIK akan memberi bantuan secara bertahap. Memberi bantuan LCD, Laptop, dan berbagai media-media pembelajaran lainnya kepada mereka yang mendampingi kegiatan, sehingga mereka bisa menjangkau dengan mudah teman-teman sebayanya,” kata Fasli Jalal.

Sementara itu menurut Kasubid Bina Ketahanan Remaja Perwakilan BkkbN Aceh, Ihya di Aceh saat ini ada sekitar 581 kelompok dengan klasifikasi Perguruan Tinggi Negeri/Swasta 23 kelompok, Pondok Pasantren sebanyak 40 kelompok, 38 kelompok dari karang taruna, dan selebihnya dari SMA/sederajat, dan SMP/sederajat.

Pada Jambore dan Ajang Kreatifitas Remaja GenRe Tingkat Nasional yang digelar di Anyer, Banten para remaja seluruh Indonesia menampilkan kreatifitas kesenian dari masing-masing provinsi. Duta dari Aceh membawakan lagu “Aceh Lon Sayang” yang diiringi gitar akustik dan pembacaan puisi berjudul “Salam Damai dari Bumi Teuku Umar” karya Cut Aja Mawaddah Rahmah. (Saniah LS)