Senin, 09 November 2015

Izinkan Perempuan Berbicara

(Oleh : Annisa)

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." (UUD 1945)

Penjajahan memang sudah lama berakhir. Namun mengapa seolah kini terasa penjajahan belum hilang sepenuhnya dari kehidupan kita. Memang bukan dalam bentuk kolonialisme. Melainkan dalam bentuk perampasan hak. Dan sebagian besar hal ini dialami oleh kaum perempuan. Terbukti di Indonesia masih banyak kaum hawa yang minim pendidikan dan wawasan. Ditambah lagi angka kekerasan pada perempuan terus merangkak naik tiap tahunnya.

Seolah ada batasan bagi perempuan untuk berekspresi dan bereksplorasi lebih jauh. Padahal, hak untuk hidup bebas dan berpendidikan layak bagi siapapun bangsa Indonesia sudah termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Namun tetap saja karena minimnya wawasan, sebagian orangtua berdalih percuma jika perempuan ingin menuntut ilmu lebih tinggi. Toh ujung-ujungnya tetap menghadapi urusan dapur. Hal ini biasanya menimbulkan perjodohan selepas perempuan lulus SMA. Dan akhirnya, lahirkah para Siti Nurbaya abad millenium. Bukan kebebasan masa muda yang didapat, malah urusan dapur yang disegerakan. 

Bagi perempuan yang memang siap, tentu kita tidak akan pikir pusing. Insha Allah kehidupannya akan bahagia karena itu sesuai dengan kemauannya. Namun, apa halnya jika perempuan tersebut belum siap namun terpaksa menjalani semuanya? Ia hanya bisa “gigit jari” melihat teman-teman lain menggapai cita-cita mereka yang setinggi langit. Sedangkan ia harus melayani suami sebagai tugas utama. Nasib baik jika suami berkepribadian baik. Jika tidak, kekerasan yang dimaksudkan pun terjadi. Nasib baik jika suami mapan pula. Jika tidak, dengan berat hati perempuan dijadikan TKW (Tenaga Kerja Wanita). Tanpa pengalaman, tanpa keahlian, siap-siap disiksa majikan.

Kejadian-kejadian tersebut tentu pernah bahkan masih sering kita dengar. Hal ini jelas membuktikan bahwa Indonesia belum merdeka secara mutlak. Coba kita kaji kembali tiap peristiwa yang terjadi. Apa faktor mendasar yang menyebabkan kekerasan terhadap perempuan masih saja terjadi. Memang tidak sedikit perempuan yang bangkit dan memperjuangkan haknya. Namun tak sedikit juga perempuan hanya bisa mengikuti aturan otoriter yang telah ditetapkan dalam lingkungan keluarga.

Jika kita lihat dari sisi lain, akibat dari kekerasan dan pelecehan yang dialami perempuan tidak akan mudah untuk disembuhkan. Kejadian yang menimbulkan trauma menyebabkan psikologisnya tentu akan terganggu. Bisa jadi ini akan terbawa pada calon buah hatinya kelak. Anda tentu dapat berfikir apa yang akan terjadi kelak pada generasi bangsa. Anak yang cerdas akan lahir dari sosok ibu yang cerdas pula. Namun bagaimana mungkin kita dapat membangun negeri dengan baik jika sumber daya manusia belum memenuhi kualitasnya?

Permasalahan mengenai perempuan merupakan hal yang serius dikarenakan pengabaian hak asasi perempuan telah menempatkan perempuan pada posisi yang lemah diantara penduduk miskin yang ada. Human capital perempuan yang rendah dalam bidang pendidikan ditambah budaya yang tidak berpihak, bahkan pemahaman tafsir agama yang cenderung bias ngender, menjadikan perempuan tersudut dalam posisi yang rentan. (Sofiani, 2009). Dan realitas untuk saat ini, perempuan masih bertindak sebagai objek dalam pembangunan. 

Sebenarnya saat ini sudah banyak Lembaga Bantuan Hukum yang siap membantu mengembalikan dan membela tiap hak perempuan. Kasus kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan ibarat fenomena gunung es. Hanya sedikit yang kita ketahui namun pasti banyak yang tersembunyi. Ada satu permasalahan yang dialami oleh perempuan sehingga banyak kasus yang luput dari sorotan publik yaitu kurangnya keterbukaan. Ada beberapa faktor mengapa kadang keterbukaan tidak terjadi. Biasanya karena adanya ancaman dari pelaku, atau hal tersebut dianggap aib bagi keluarga sehingga tidak ingin mempublikasikannya. Padahal jika dibiarkan, pelaku akan terus merajalela melakukan tindakannya.

Ada baiknya diperlukan keterbukaan dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Hal ini juga dibarengi dengan sikap demokrasi agar meminimalisir unsur paksaan yang akan membuat hancur mental seseorang. Keluarga yang hangat tentu akan membuat anggotanya menjadi nyaman dan terbuka jika memiliki setiap masalah. Dan orangtua memegang peran penting dalam hal ini. Jangan terlalu cepat memberikan stigma buruk terhadap anak. Pelajari dulu latar belakang dari apa yang dilakukan. Dibutuhkan kesabaran dan pemahaman khusus agar menemukan solusi yang baik.

Selain itu di era yang canggih ini ada baiknya kita mengubah paradigma yang berlaku didalam masyarakat. Tentu pemuda mempunyai peran penting sebagai penggeraknya. Mau tidak mau, kita harus mengikuti arus perubahan zaman, hanya saja tetap kita sesuaikan dengan etika dan adat istiadat yang berlaku agar tidak terjadi penyimpangan. Termasuk mengenai kesetaraan gender. Perempuan juga harus mendapatkan haknya terutama hak mendapatkan pendidikan dan hidup bebas. Saat ini, sudah banyak lembaga yang mau mewadahi perempuan-perempuan yang ingin mengembangkan pendidikan yang diinginkan. Bahkan Ahmad Fuadi mengatakan bahwa saat ini perempuan punya peluang besar dalam mendapatkan beasiswa. Hal ini disebabkan adanya kebijakan agar ada perwakilan yang berimbang dari kedua gender (Fuadi, 2014)


Kesetaraan gender sangat diperlukan untuk menyeimbangkan keahlian dan kualitas dalam pembangunan bangsa yang bermartabat. Pemenuhan hak bagi siapapun tentu akan membuat kesejahteraan lebih terjamin. Perlu kiranya menciptakan ruang bagi perempuan dalam pembangunan sebagai strategi untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam proses pembangunan negeri. Dan upaya yang dilakukan juga harus didukung oleh political will dari pengambil keputusan dalam seluruh bidang pembangunan, sehingga diharapkan kesetaraan dan keadilan gender akan terwujud (Sofiani, 2009). Dengan begitu, generasi kedepan tentu akan lebih siap membawa Indonesia kearah yang lebih maju sesuai yang diimpikan. Karena di balik pemimpin yang hebat, terdapat istri yang luar biasa. Dibalik anak yang berhasil, juga terdapat ibu yang cerdas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar