Senin, 09 November 2015

Pemuda Sebagai Media Utama Pendidikan Kependudukan Dalam Menghadapi Bonus Demografi

(Oleh : Pinka Satria Aqsa)

“TEMANGGUNG, suaramerdeka.com - Beralasan tak mempunyai uang untuk membeli susu bagi anak balitanya yang masih berusia 11 bulan, seorang ibu rumah tangga bernama Lestari (36), warga Desa Bulan, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung nekat mencuri tas berisi uang dan ponsel”.

Menyimak penggalan cerita diatas lantas muncullah pertanyaan “Apakah  ini yang di harapkan bangsa kita?, kemiskinan yang merajalela menggerogoti nasib anak bangsa. Bayi mungil yang haus susu harus menahan betapa keringnya tenggorokan  sampai menjerit dan menangis melihat sang ibu mencuri. Ataukah harga diri anak bangsa yang di pertaruhkan hingga terpasung kaku dan  mati di tindas bangsanya sendiri. Ini adalah masalah  dan tugas kita bersama sebagai anak bangsa,  mencari solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas Sumber daya manusia (SDM) dan mencapai kesejahteraan. Lalu ada apa dengan Indonesia?”.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kurang lebih terdiri dari 17.000 pulau, membentang luas dari sabang sampai merauke dan membidik tinggi dari semua dataran, perairan serta sumber daya alam yang melimpah ruah. Ironisnya sesuatu yang sudah didapatkan dari hasil jerih payah pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa, tidaklah disebut suatu maha karya kenikmatan yang dapat digenggam sepenuhnya oleh rakyat, dimana berkah yang melimpah adalah makna yang tabu bagi semua warga, dan harta yang melimpah dari kekayaan batu mulia bukanlah hak suatu bangsa.

Bumi memiliki kekayaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan umat manusia Namun, bumi tidak dapat mencukupi kebutuhan segelintir orang-orang yang tamak (Mahatma Gandhi)

Namun tidak hanya sampai disitu permasalahan yang muncul di berbagai belahan bumi pertiwi ini, yaitu konsistensi untuk mempertahankan posisi negara terkorup no 3 di dunia. Bukanlah sesuatu kebanggaan yang patut diacungkan jempol ketika semua orang penting berkata, “itu biasa”. Terjadinya peningkatan agregasi mafia hukum, kriminalitas, KKN, dan degradasi moral adalah suatu pertanda kehancuran suatu negara. Belum lagi ditambah dengan masalah kependudukan yang merupakan pokok dari sekian banyak permasalahan. Hasil sensus penduduk yang terakhir menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 237,6 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk tersebut masih bisa bertambah pesat seiring laju pertumbuhan penduduk (LPP) sesuai sensus tahun 2010 yaitu dengan rata-rata pertumbuhan 1,49 persen pertahun disertai total fertility rate (TFR) sebesar 2,6 persen.

Selain itu ketika di Analisa dari tiga aspek utama, Dimulai dari aspek kuantitas Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dan berada pada peringkat 4 dunia. Sementara itu dari aspek kualitas, Indonesia memiliki kualitas penduduk rendah yang tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang menempati rangking ke 108 dari 188 negara pada tahun 2009. Untuk aspek mobilitas, Indonesia memiliki persebaran penduduk yang timpang. 58 persen penduduk hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, faktanya pulau jawa hanya memiliki luasan 7% dari luas total daratan Indonesia. Artinya ketika saat ini kita tidak mau tahu dan masih  egois terhadap pemahaman dan kepedulian akan pertambahan penduduk yang tidak diseimbangkan dengan kualitas sumber daya manusia, maka akan memberikan dampak besar bagi perjalanan bangsa kedepannya. Tentunya kondisi secara umum di atas akan berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan dan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya di lingkungan masyarakat. Masalah yang ditimbulkan antara lain: masalah pemenuhan kebutuhan pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan dan lainnya. Berbagai kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut akan berefek pada tingginya angka pengangguran, dilanjutkan dengan masalah kemiskinan yang pada akhirnya dapat memicu berbagai konflik di lingkungan masyarakat. Namun apakah masalah tersebut sama sekali tidak memiliki solusi penyelesaiannya?

Solusinya adalah Pemuda, Pemuda ditinjau dari perkembangan psikologis diwakili oleh remaja dan dewasa awal dengan usia yang berkisar antara 10 sampai 24 tahun yang merupakan generasi penyokong bangsa dan pengganti generasi tua yang sudah ada dan kini berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, keberadaan pemuda sangatlah diharapkan perannya di Indonesia khususnya dalam menjawab permasalahan kependudukan melalui pemahaman akan pentingnya mempersiapkan keluarga yang berencana dan terencana dengan baik. Sehingga memberikan efek ampuh dalam menciptakan generasi emas yang berkualitas bagi bangsa kedepannya. Ketika pemuda sejak dini sudah dibekali akan pentingnya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menciptakan keluarga kecil sehat sejahtera, tentunya secara tidak langsung telah terfikirkan bagi dirinya untuk mendidik anak-anak dan cucunya dengan tindakan dan tujuan mulia.

Ada suatu pepatah yang mengatakan rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya dan ada lagi yang menyebutkan bahwa kebodohan pangkal kemiskinan bahkan Rasulullah SAW pernah mengecam  bahwa kemiskinan itu mendekati kekafiran. Jikalau membicarakan pepatah dan  hadist diatas maka tercerminlah kepada suatu keadaan yang sangat menuntut setiap manusia untuk bisa berubah. Dibutuhkan  pemuda yang akan membentuk keluarga sebagai media atau sekolah terbaik, memberikan peranannya sebagai leading dan contoh yang baik bagi masyarakat serta mampu mengarahkan anggotanya untuk dapat meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan pribdi diri dalam rangka mengubah perilaku. Dalam kasus ini pemerintahpun dituntut untuk lebih peka dan turut andil dalam menerapkan dasar-dasar perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata. Sebagai contoh, intervensi dan kebijaksanaan pemerintah meningkatkan aksesibilitas mengenai permasalahan di kalangan masyarakat. Sudah saatnya kita sebagai generasi muda sadar diri dan membantu menaikkan martabat bangsa. Sebagai langkah kecil  memberikan penyuluhan ataupun edukasi seperti seminar-seminar pentingnya pendidikan  kependudukan guna menyadarkan masyarakat  khususnya pemuda sebagai tonggak bangsa akan arti pentingnya kependudukan adalah bentuk kepedulian . Hal ini akan menjadi pondasi solusi kependudukan bagi bangsa. Program Keluarga Berencana yang diarahkan kepada masyarakatpun dapat dipandang sebagai upaya memenuhi kebutuhan dasar, menjadi bekal bagi generasi bangsa kedepannya.  Akhirnya melalui kesadaran bahwa “family is the best leadership school” akan mengubah mindset pemuda untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, memperoleh pekerjaan yang mapan, membina keluarga kecil sejahtera, hidup sehat dan bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya. Dan akan memberikan pengaruh besar dalam penyelesaian permasalahan yang ada di Indonesia. “Jayalah Negriku, kami ini pemuda kebanggaanmu!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar