(Oleh : Pinka Satria Aqsa)
“TEMANGGUNG,
suaramerdeka.com - Beralasan tak mempunyai uang untuk membeli susu
bagi anak balitanya yang masih berusia 11 bulan, seorang ibu rumah tangga
bernama Lestari (36), warga Desa Bulan, Kecamatan Selopampang, Kabupaten
Temanggung nekat mencuri tas berisi uang dan ponsel”.
Menyimak
penggalan cerita diatas lantas muncullah pertanyaan “Apakah ini
yang di harapkan bangsa kita?, kemiskinan yang merajalela menggerogoti nasib
anak bangsa. Bayi mungil yang haus susu harus menahan betapa keringnya
tenggorokan sampai menjerit dan menangis
melihat sang ibu mencuri. Ataukah harga diri anak bangsa yang di pertaruhkan
hingga terpasung kaku dan mati di tindas
bangsanya sendiri. Ini adalah masalah
dan tugas kita bersama sebagai anak bangsa, mencari solusi terbaik untuk meningkatkan
kualitas Sumber daya manusia (SDM) dan mencapai kesejahteraan. Lalu ada apa
dengan Indonesia?”.
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang kurang lebih terdiri dari 17.000 pulau,
membentang luas dari sabang sampai merauke dan membidik tinggi dari semua
dataran, perairan serta sumber daya alam yang melimpah ruah. Ironisnya sesuatu
yang sudah didapatkan dari hasil jerih payah pejuang-pejuang kemerdekaan
bangsa, tidaklah disebut suatu maha karya kenikmatan yang dapat digenggam
sepenuhnya oleh rakyat, dimana berkah yang melimpah adalah makna yang tabu bagi
semua warga, dan harta yang melimpah dari kekayaan batu mulia bukanlah hak
suatu bangsa.
Bumi
memiliki kekayaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan umat manusia Namun, bumi
tidak dapat mencukupi kebutuhan segelintir orang-orang yang tamak (Mahatma
Gandhi)
Namun tidak
hanya sampai disitu permasalahan yang muncul di berbagai belahan bumi pertiwi
ini, yaitu konsistensi untuk mempertahankan posisi negara terkorup no 3 di
dunia. Bukanlah sesuatu kebanggaan yang patut diacungkan jempol ketika semua
orang penting berkata, “itu biasa”. Terjadinya peningkatan agregasi mafia hukum,
kriminalitas, KKN, dan degradasi moral adalah suatu pertanda kehancuran suatu
negara. Belum lagi
ditambah dengan masalah kependudukan yang merupakan pokok dari sekian banyak permasalahan.
Hasil
sensus penduduk yang terakhir menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia saat
ini mencapai 237,6 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk tersebut masih bisa
bertambah pesat seiring laju pertumbuhan penduduk (LPP) sesuai sensus tahun
2010 yaitu dengan rata-rata pertumbuhan 1,49 persen pertahun disertai total fertility
rate (TFR) sebesar 2,6
persen.
Selain itu ketika di Analisa dari tiga aspek utama, Dimulai
dari aspek kuantitas Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dan
berada pada peringkat 4 dunia. Sementara itu dari aspek kualitas, Indonesia memiliki
kualitas penduduk rendah yang tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia
Indonesia yang menempati rangking ke 108 dari 188 negara pada tahun 2009. Untuk
aspek mobilitas, Indonesia memiliki persebaran penduduk yang timpang. 58 persen
penduduk hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, faktanya pulau jawa hanya memiliki
luasan 7% dari luas total daratan Indonesia. Artinya ketika saat ini kita tidak
mau tahu dan masih egois terhadap
pemahaman dan kepedulian akan pertambahan penduduk yang tidak diseimbangkan dengan
kualitas sumber daya manusia, maka akan memberikan dampak besar bagi perjalanan
bangsa kedepannya. Tentunya kondisi secara umum di atas akan berdampak luas
pada berbagai aspek kehidupan dan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya di
lingkungan masyarakat. Masalah yang ditimbulkan antara lain: masalah pemenuhan
kebutuhan pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan
pekerjaan dan lainnya. Berbagai kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut
akan berefek pada tingginya angka pengangguran, dilanjutkan dengan masalah
kemiskinan yang pada akhirnya dapat memicu berbagai konflik di lingkungan
masyarakat. Namun apakah masalah tersebut sama sekali tidak memiliki solusi
penyelesaiannya?
Solusinya
adalah Pemuda, Pemuda ditinjau dari perkembangan psikologis diwakili oleh
remaja dan dewasa awal dengan usia yang berkisar antara 10 sampai 24 tahun yang
merupakan generasi penyokong bangsa dan pengganti generasi tua yang sudah ada
dan kini berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, keberadaan
pemuda sangatlah diharapkan perannya di Indonesia khususnya dalam menjawab
permasalahan kependudukan melalui pemahaman akan pentingnya mempersiapkan
keluarga yang berencana dan terencana dengan baik. Sehingga memberikan efek
ampuh dalam menciptakan generasi emas yang berkualitas bagi bangsa kedepannya.
Ketika pemuda sejak dini sudah dibekali akan pentingnya mempersiapkan diri
sebaik mungkin untuk menciptakan keluarga kecil sehat sejahtera, tentunya
secara tidak langsung telah terfikirkan bagi dirinya untuk mendidik anak-anak
dan cucunya dengan tindakan dan tujuan mulia.
Ada
suatu pepatah yang mengatakan rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya dan ada
lagi yang menyebutkan bahwa kebodohan pangkal kemiskinan bahkan Rasulullah SAW
pernah mengecam bahwa kemiskinan itu
mendekati kekafiran. Jikalau membicarakan pepatah dan hadist diatas maka tercerminlah kepada suatu
keadaan yang sangat menuntut setiap manusia untuk bisa berubah. Dibutuhkan pemuda yang akan membentuk keluarga sebagai
media atau sekolah terbaik, memberikan peranannya sebagai
leading dan contoh yang baik bagi masyarakat serta mampu mengarahkan anggotanya untuk dapat
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan pribdi diri dalam rangka mengubah
perilaku. Dalam kasus ini
pemerintahpun dituntut untuk lebih peka dan turut andil dalam
menerapkan dasar-dasar perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan
merata. Sebagai contoh, intervensi dan kebijaksanaan pemerintah meningkatkan
aksesibilitas mengenai
permasalahan di kalangan masyarakat. Sudah saatnya kita sebagai generasi muda sadar diri
dan membantu menaikkan martabat bangsa. Sebagai langkah kecil memberikan penyuluhan ataupun edukasi seperti
seminar-seminar pentingnya
pendidikan kependudukan
guna menyadarkan masyarakat khususnya pemuda sebagai tonggak bangsa akan
arti pentingnya kependudukan
adalah bentuk kepedulian . Hal ini akan menjadi pondasi solusi kependudukan bagi bangsa.
Program Keluarga
Berencana yang diarahkan kepada masyarakatpun dapat dipandang sebagai upaya
memenuhi kebutuhan dasar,
menjadi bekal bagi generasi bangsa kedepannya. Akhirnya
melalui kesadaran bahwa “family is the
best leadership school” akan mengubah mindset
pemuda untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, memperoleh pekerjaan yang
mapan, membina keluarga kecil sejahtera, hidup sehat dan bermanfaat bagi
masyarakat disekitarnya. Dan akan memberikan pengaruh besar dalam penyelesaian
permasalahan yang ada di Indonesia. “Jayalah
Negriku, kami ini pemuda kebanggaanmu!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar